Pada periode tahun 1950-1955 bantuan bilateral mengalami kelambatan lonjakan. Namun, pada tahun 1960-an, skala operasionalnya melonjak drastis. Setelah tahun-tahun tersebut, kenaikan dana bisnis bantuan menjadi tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan OECD, OPEC, dan Uni Soviet.
Bisnis bantuan selain ingin dianggap sebagai sebuah keberhasilan, juga ingin disamakan dengan moral kebaikan. Sebagaimana menurut pengamatan Lord Bauer: "Negara-negara pemberi dana tertinggi dari pendapatan nasionalnya bisa dianggap sebagai negara yang memiliki kinerja baik dibanding yang memberikan presentase rendah". Atau istilahnya dianggap sebagai "Sapi Suci" tunggangan Dewa Syiwa yang tidak pernah boleh dibinasakan.
Sejak tahun 1960-an lembaga dunia mengimbau kepada negara anggotanya untuk memberikan 0,7 % GNP tahunan sebagai ODA. Negara yang memperbesar dana bantuannya dianggap "buruk". Malah di Inggris terdapat Gerakan Buruh Inggris yang mendukung gagasan tersebut. "Dukunglah kampanye 0,7".
Bisnis bantuan merupakan salah satu bentuk perpindahan sistem keuangan, bisa dari Selatan ke Utara maupun dari Utara ke Selatan. Tren pada tahun 1980-an, akibat dari kemerosotan jumlah pinjaman bank swasta dan berlanjutnya pembayaran utang melalui kenaikan bunga pinjaman, negara-negara kaya secara konsisten menjadi penerima bersih dari dana pembayaran hutang dunia ketiga. Dan setiap tahunnya mengalami kenaikan prosentase keuntungan.
Sesungguhnya kata "Bantuan" di sini adalah "Suatu hal yang perlu diragukan". Selama tahun 1986-1988 saja IMF menerima pembayaran bersih dari negara dunia ketiga dengan total $8 Milyar. Sedangkan IBRD memperoleh keuntungan bersih $1,9 Milyar. Antara tahun 1982-1987, bank-bank Inggris mengambil lebih
dari £ 80 Milyar dana pembayaran hutang negara-negara Amerika Latin.
Bisnis bantuan itu pada hakikatnya sangat berbahaya bagi rakyar miskin dan bertentangan dengan kepentingan mereka: bisnis bantuan digunakan untuk menciptakan proyek raksasa, dengan biaya yang besar, telah menghancurkan lingkungan dan merusak kehidupan. Bisnis bantuan telah melumpuhkan segaa bentuk inisiatif, kreativitas, dan kemampuan usaha rakyat kecil dan menggantinya dengan kepalsuan dan nasihat impor yang menyesatkan dan tidak relevan dengan kebutuhan rakyat. Di seluruh dunia ketiga, bisnis bantuan ini telah memberi izin para penguasa dengan cengkeraman mautnya untuk melakukan penindasan secara resmi untuk mengendalikan masyarakat dan kebasan individu.
Meski banyak mengandung kegagalan, bisnis bantuan masih bisa dibela dengan kesukssannya. Komisi Brand memberikan contoh klasik: "Bagi negara-negara lebih miskin, bisnis bantuan merupakan dasar untuk terus hidup (Survive)." namun, pernyataan tersebut bersifat patrionistis yang meremehkan negara-negara miskin. Pengaruh puluhan tahun bisnis bantuan telah mengubah keberadaan para survivor yang kuat menjadi lemah yang hanya bisa hidup dalam ketergantungan. Sehingga jelas sekali bahwa "Bisnis bantuan telah gagal."
Di lain pihak, bahwa "Bisnis bantuan berhasil" adalah benar. maka mestinya orang-orang miskin tersebut hidupnya jauh lebih baik dibanding ketika mereka baru menerima bantuan. Namun, jika benar, maka bisnis bantuan tersebut sudah bisa menolong dirinya sendiri, dan harusnya sedikit demi sedikit hendaknya mundur sebagai pemberi dana bantuan tanpa menyakiti siapapun.
Memang kenyataannya, kebanyakan negara miskin banyak yang tidak pernah menerima bantuan tersebut, karena terjadinya "Penyunatan" atau korupsi, seperti melalui pembengkakan anggaran pembelian barang-barang yang mahal yang sebenarnya tidak dibutuhkan, lalu disunat (Korupsi) baik oleh pakar asing, karyawan bisnis bantuan, agen komisi culas, Menteri dan Presiden korup. Sehingga sisa sedikit bahkan penggunaan dana bantuan itu seenaknya.
India adalah negara yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kesuksesan bisnis bantuan pembangunan. India dengan "Revolusi Hijau" mengubah dirinya dari pengimpor makanan menjadi pengeskpor makanan. Serta India merupakan negara industri terbesar nomor sepuluh di dunia. Sehingga dana bantuan yang diberikan ke negara ini begitu besar. Namun, mayoritas rakyat India kenyataannya hidup dalam kesuraman. Bahkan India lebih miskin daripada negara tetangganya, Pakistan atau Srilanka, dimana merupakan negara yang jauh lebih miskin daripada Somalia yang mengalami bencana kelaparan di Tanduk benua Afrika. banyak penduduk ± 300 juta jiwa yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan, 2/3 buta huruf, tingkat kematian bayi tinggi, 30 juta orang pengangguran serta kemerosotan sektor pertanian. Revolusi Hijau tidak hanya berhasil di bagian barat-daya saja: Haryana, Punjab, dan Utara Pradesh Barat dan Tamil Nadu di Selatan.
Di Afrika, Pantai Gading dan Malawi memang mengalami angka kenaikan perekonomian yang cukup tinggi karena adanya bisnis bantuan. Namun, hutang nasionalnya sebesar lebih dari $8 Milyar dan harus dibayar oleh rakyat yang hanya 10 juta jiwa. Malawi memiliki tingkat kematian bayi tertinggi No.5 di Dunia, dan 96% perempuan dewasa buta huruf.
Afrika menjadi benua yang penuh dengan pengemis yang tidak mampu hidup kecuali ada derma dari pendatang asing. Hasil pertaniannya setiap tahun turun drastis. 7 dari 10 orang Afrika hidup tanpa atas serta berada di "Kemiskinan yang paling ekstrim". Tingkat kematian bayi tertinggi di seluruh dunia. Ketika Afrika menjadi benua yang paling "Dibantu", GDP per kapitanya hanya rata-rata 3,4% per tahunnya.
Selain itu, banyak negara-negara dari dunia ketiga yang menerima dana bantuan yang signifikan yang mengalami penurunan tingkat kesejahteraan rakyatnya.
Nikaragua, sejak semua dana bantuan dihentikan pada jatuhnya rezim Somoza pada 1979, pada 1980-an kemajuan jelas tampak terlihat dalam segala bidang. Tanpa adanya "bantuan". Pemerintah rekonstruksi Nasional berhasil mencapai kemajuan ke arah jaminan sosial, rakyat mendapatkan pelayanan kesehatan (3/4), hasil pertanian yang meningkat hingga 8% pada 1983 tanpa dana bantuan. Tingkat kematian bayi turun drastis dari 120 menjadi 80 per 1000 bayi (1987). Jumlah vaksinasi pun meningkat meningkat dua kali lipat.
Bisnis bantuan pembangunan merupakan suatu hal yang tidak perlu dan tidak cukup untuk "pembangunan dalam arti sebenarnya." Karena fakta membuktikan bahwa fungsi utama bisnis bantuan adalah telah menciptakan cara-cara mempertahankan keberadaan rakyat miskin agar tetap miskin serta melakukan pembenaran bagi kinerjanya sendiri atas nama kaum miskin, papa dan lemah. Ia telah membangun benteng perlindungan bagi kelas baru yang kaya dan berkuasa. Mereka hidup di dalam lembaga-lembaga yang bernama PBB, Bank Dunia dan agen-agen bilateral dan multilateral. Dalam negara sedang berkembang, bisnis bantuan berhasil mengabdikan praktek-praktek penegakan hukum yang lemah, yang mudah disogok, ketamakan. Bahkan dalam beberapa kasus menjadi fasilitator setiap bentuk pelanggaran HAM. Mungkin bila para calo industri bisnis bantuan ditiadakan, kemungkinan masyarakat dunia saling tolong-menolong satu sama lain dan menemukan cita-cita seperti yang diangankan dan prioritas yang mereka tetapkan dan dengan dibimbing oleh agenda mereka sendiri.
Sumber: Buku
0 CommentS:
Posting Komentar
Terima kasih atas Komentarnya ya..