PENDAHULUAN
Latar BelakangTransportasi adalah pemindahan fisik baik barang maupun orang, dari suatu tempat ke tempat lain. (Subiyakto, Bambang dan Djoko Suryo, 2001: 3) Transportasi adalah hal yang menyangkut peningkatan kualitas hidup masyarakat banyak. Sebab, sistem transportasi memiliki pengaruh besar pada tingkat mobilitas individu yang akhirnya berdampak pada kehidupan ekonomi masyarakat. Sistem transportasi masal yang tertata dengan tertib dan nyaman akan merangsang anggota masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Menurut Bambang Subiyakto dan Djoko Suryo, Kalangan sejarawan dan geograf acapkali menyatakan bahwa pelayaan sungai pada masa dahulu merupakan hal penting bagi berlangsungnya kegiatan perekonomian suatu masyarakat. (Subiyakto, Bambang dan Djoko Suryo, 2001: 3)
Kehidupan rakyat Indonesia adalah kehidupan yang akrab dengan sungai. Dengan mudahnya kita dapat menemui sungai di hutan-hutan, desa-desa bahkan di kota-kota besarnya sekalipun. Sepertinya hampir semua orang mengenal yang namanya sungai. Entah itu karena mereka hidup dan bekerja dekat sungai-sungai itu. Atau yang hanya sering melihat karena melintas di daerah di mana sungai-sungai itu berada. Tidak terkecuali dengan penduduk Kota Surabaya. Semua orang di kota ini pasti sudah mengetahui tentang sungai yang satu ini, Kali Surabaya. Kali Surabaya adalah sebuah sungai besar yang membelah Kota Surabaya.
Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Kota Jakarta. Kota Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan adalah kota yang berkembang menjadi kota perdagangan dan jasa yang mensyaratkan tersedianya kemudahan dan kecepatan akses, terutama di bidang sarana prasarana transportasi. Karenanya, selain menjadi kota transit, Surabaya juga menjadi tujuan bisnis. Melihat dari luasnya kota Surabaya maka kebutuhan warga di kota surabaya demikian telah terpenuhi oleh sarana prasarana kota yang memadai.
Dari segi letak Geografis, wilayah Kota Surabaya adalah dilalui dan dihubungkan oleh sungai atau tepatnya kali (bahasa Jawa, red). Dilihat dari sejarah kota Surabaya saja, banyak pedagang – pedagang dari Gujarat, Arab, India, China, dan lain – lain yang membangun pusat – pusat perdagangan di daerah sekitar sungai karena itu sungai berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat Surabaya pada zaman dahulu.
Untuk menjangkau seluruh sudut kota, warga kota tak perlu kuatir karena Kota Surabaya memiliki kelengkapan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kota Surabaya memiliki infrastruktur transportasi darat, laut, dan udara yang mampu melayani perjalanan lokal, regional, maupun internasional. Menurut teori ekologi, manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Ia membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya (Soemarwoto, 2004: 54).
Salah satu sarana transportasi yang ada di Kota Surabaya adalah perahu eretan atau tambangan (bahasa Jawa, red). Perahu eretan adalah perahu tanpa mesin yang sistem kerjanya dengan cara ditarik atau dieret – eret (bahasa Jawa, red) dengan dua orang awak kapal. Perahu eretan oleh warga Surabaya juga biasa disebut Getek. Perahu tersebut dapat mengangkut hingga sepuluh orang dalam sekali jalan. Perahu eretan terbuat dari kayu dan dilengkapi tempat duduk dan beratap sehingga terhindar dari kehujanan maupun kepanasan. Jarak tempuh perahu eretan antara sepuluh hingga lima belas meter menuju seberang sungai. Sebuah tali karet hitam dan beberapa kabel diuntai dihubungkan dari dermaga kecil hingga di dermaga seberang sungai. Alat transportasi ini sangat terkenal di daerah bantaran Kali Surabaya. Karena dilihat dari kondisi geografis Surabaya sendiri yang dilalui oleh sungai yaitu Kali Surabaya. Sebagai sarana pengangkutan yang praktis dan murah, jasa eretan ini seringkali dimanfaatkan oleh warga sekitar bantaran sungai.
Perahu eretan ini merupakan perahu tiruan sederhana kapal ferry karena tidak hanya manusia saja yang diangkut, melainkan juga gerobak dan sepeda motor. Dermaganya pun terbuat dari bambu. Perahu eretan berbeda dengan rakit. Bagaimanapun bentuknya, perahu eretan telah berperan penting dalam penunjang kehidupan masyarakat bantaran sungai. Dan menjadi sarana transportasi alternatif yang murah dan mudah. Sehingga banyak warga sekitar yang menggunakan jasa transportasi ini.
Perahu eretan ini berbeda dengan angkutan sungai atau lebih dikenal dengan Waterways yang berada di kota Jakarta yang sudah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 6 Juni 2007 yang lalu yang merupakan kelanjutan dari perngoperasian sistem transportasi TransJakarta. Namun bergai macam masalah adanya Waterways tersebut di antaranya sampah yang mengalir bersama keruhnya air sungai, yang berpotensi menyangkut di baling-baling kapal motor serta adanya kedangkalan sungai. Sehingga disusuunlah makalah ini untuk mengkaji permasalahan yang terjadi mengenai adanya transportasi alternatif perahu eretan ini.
Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas dirumuskan masalah berikut ini:Bagaimanakah efektivitas perahu eretan menjadi moda transportasi alternatif penyeberangan sungai di Kali Surabaya?
ANALISIS
Efektivitas Perahu Eretan
Alat Tranportasi alternatif penyeberangan berupa perahu eretan masih diminati warga sekitar sepanjang Kali Surabaya. Pasalnya jarak jembatan ke jembatan yang cukup jauh, membuat warga memilih menggunakan jasa perahu eretan. Selain murah, keberadaan perahu eretan bisa menghemat waktu dan tenaga. Misalnya saja warga perbatasan antara Surabaya dengan Sidoarjo yaitu yang terletak di daerah Pagesangan atau lebih dikenal dengan sebutan Tambangan Wak Sipan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Salah satu pengguna jasa penyeberangan tersebut, Bapak Zulkifli (31 Tahun), ia mengaku sangat terbantu dengan adanya perahu penyeberangan sungai. Selain jarak tempuh menjadi lebih dekat, tarif yang dipatok pun murah.
"Kalau sudah berada diatas sungai menggunakan sampan, kita bisa merasakan sensasi yang berbeda. Walau udara terasa panas, jika sudah mengapung di perahu, udara terasa sedikit lebih sejuk oleh angin, ditambah aliran sungai yang terlihat cukup jernih tanpa sampah meskipun sedikit pekat. Selain itu saya terhindar dari debu yang berterbangan oleh kendaraan yang lewat,"
Perahu kecil berkapasitas dua puluh lima orang, berupa sampan beratap, terhubung oleh tali besi yang terikat kuat pada dermaga kayu dan bambu di dua belah sisi sungai tersebut, beroperasi dari pukul 05.00 WIB pagi hingga pukul 23.00 malam. Namun terkadang Tambangan Wak Sipan jika hari – hari tertentu seperti misalnya sewaktu ada acara Gerak Jalan Mojokerto – Surabaya, perahu eretan tersebut buka 24 jam non stop.
Tranportasi penyeberangan tersebut digagas oleh warga sekitar yang bernama Sipan, pada awalnya hanya ada satu perahu yang beroperasi. Seiring minat dari warga meningkat, warga lainnya mengikuti jejak Wak Sipan dan embuka jasa penyeberangan perahu eretan di daerah Bandar dan Pagesangan deket Pabrik Korek Api PT. Pakabaja Surabaya. Dan hingga kini sepanjang Kali Surabaya dari arah jembatan Sepanjang hingga jembatan Rolak, setidaknya terdapat sembilan buah perahu eretan. Dulu terdapat sepuluh buah, namun karena perahu eretan di daerah dekat jembatan Rolak di bawah jembatan Tol Surabaya – Malang banyak memakan korban. Akhirnya hingga kini perahu eretan tersebut ditutup. Hal itu diungkapkan oleh Supri (29 Tahun) salah satu joki perahu eretan Wak Sipan.
"Perahu dibuat dari dana gabungan empat sampai lima orang. Pengoperasiannya pun bergantian setiap 4 bulan sekali. selain menjadi ladang usaha, perahu ini juga dijadikan tempat tinggal oleh para joki," ujarnya disela-sela aktivitas.
Ia mengaku penghasilan perharinya mencapai hingga Rp. 75.000,00
"Penumpang membayar tarif bervariasi, dari lima ratus perak sampai dua ribu rupiah. Bahkan penghasilan saya bisa meningkat sampai Rp. 150.000,00 kalau memasuki musim hajatan antar warga dua belah sisi sungai. Selain musim hajatan, setiap pagi dan siang kami selalu dibanjiri penumpang, terutama ibu-ibu yang mengantar anaknya sekolah."
Bagi warga, keberadaan perahu eretan ternyata sangat membantu. Hal ini dikarenakan jarak tempuh antara rumah dengan tempat kerja mereka lebih dekat, cepat dan praktis jika menggunakan perahu eretan. Karena jika tidak, untuk menuju ke Kebraon misalnya, mereka harus memutar melewati jembatan Sepanjang atau jembatan Rolak yang jarak tempuhnya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka. Seperti yang dikatakan oleh Sarinah (30 Tahun) yang bekerja di pabrik Jas Jus Kemlaten Surabaya,
"Lumayan, cuma bayar Rp 1.000, udah sampai. Daripada jalan muter, jauh."
Efisiensi dan Rekreatif Perahu Eretan
Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan perbandingan antara seberapa besar asupan (input) dapat dikurangi dengan keluaran (output) yang telah ditetapkan. Dengan demikian semakin sedikit asupan yang dibutuhkan maka akan semakin efisien penyelenggaraan transportasi yang terjadi. Efisiensi menjadi tujuan transportasi karena adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Sumber daya berupa sumber daya energi dan bahan bakar, sumber daya manusia, keuangan dan teknologi semuanya tidak-takterbatas. Dengan demikian penyelenggara harus sejauh mungkin memanfaatkan sumber daya yang sesedikit mungkin.
Perahu eretan memiliki fungsi efisiensi transportasi dimana tanpa memerlukan bahan bakar serta dapat menghemat baik waktu maupun tenaga bagi pengguna jasa perahu eretan.
Bagi yang tinggal di daerah bantaran Kali Surabaya, perahu eretan bukanlah sarana transportasi yang aneh. Akan tetapi, bagi para pendatang dan pelancong, naik eretan adalah sensasi baru. Badan kapal yang bergoyang-goyang dihalau air, semilir air, pemandangan yang membentang, dan wajah-wajah manusia yang bersahaja membuat kita merasa hidup di daerah luar Pulau Jawa, bukan di Kota Surabaya.
Perahu Eretan adalah sarana transportasi air yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Kota Sidoarjo. Mereka berjajar namun berjarak cukup jauh di Kali Surabaya untuk menghindari persaingan antarperahu eretan. Jauhnya jarak jembatan penghubung serta letak yang strategis dermaga perahu eretan menjadikan eretan sebagai transportasi alternatif yang digemari.
Eretan berbentuk perahu kayu berbadan lebar 3 meter dengan panjang mencapai 10 meter, digerakkan dengan tenaga manusia. Satu eretan biasanya diawaki oleh dua orang. Masing-masing berada di ujung. Mereka menggerakkan dan mengendalikan perahu dengan berpegangan pada seutas tali baja yang dikaitkan dan dibentangkan menyeberangi sungai. Untuk memudahkan, tali baja tersebut dikaitkan pada perahu dengan bantuan roda besi. Tali ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan perahu dari arus sungai yang deras. Dengan pola seperti ini, satu eretan bukan saja mampu menyeberangkan penumpang manusia maupun kendaraan roda dua. Sedangkan mobil atau truk tidak bisa memakai alat tansportasi alternatif ini, karena perahu yang digunakan kecil.
Seperti yang dikemukakan oleh Peter Blau dalam teori Pertukarannya, dimana terdapat nilai pertukaran yaitu antara pemilik perahu atau joki perahu dengan penumpangnya. Hal tersebut terlihat dalam mengenakan tarif satu kali menyeberang tergolong murah, untuk kendaraan roda dua hanya dipatok Rp 1.000,00 dan Rp 500,00 untuk penumpang. Dimana penumpang mendapatkan jasa penyeberangan dan si pemilik perahu eretan mendapatkan nilai jasa yang diganti dengan uang niminal tertentu.
Dalam satu hari, Masudi bisa menyeberangkan 15 – 20 kendaraan roda dua.
"Lumayan sih, bisa buat makan sehari-hari,"
Masudi yang mengaku sudah hampir 15 tahun menjalankan profesi sebagai penarik perahu eretan. Hal tersebut sesuai dengan teori Etika Subsitensi dimana Pemilik perahu eretan hanya mengandalkan pendapatan dari usaha jasa penyeberangan tersebut, tanpa ada kerja sampingan lainnya. Sehingga kehidupan ekonomi para pemilik perahu eretan ini tergolong serba kurang, namun jika pemilik perahu eretan ini mengembangkan usahanya. Seperti usaha milik Wak Sipan yang mau mengembangkan usahanya sehingga ia dapat menyekolahkan anaknya hingga menjadi sarjana dan kehidupan ekonomi keluarganya lebih terngkat karena usahanya tersebut.
Keselamatan adalah Segalanya
Dalam eksistensinya, perahu eretan juga beresiko mengalami kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi juga beragam. Kecelakaan tersebut bisa saja terjadi karena adanya kurangnya pengawasan dari joki perahu; adanya arus deras sungai; maupun adanya kesalahan yang dilakukan oleh penumpang baik disengaja maupun tidak. Perahu eretan ini juga melihat arus sungai, karena jika dalam arus superderas sungai perahu tetap dijalankan, maka keselamatan nyawa penumpang yang menjadi taruhannya.
Berdasarkan Jawa Pos pada edisi 5 April 2010 di Karangpilang, karena arus superderas Kali Surabaya menelan korban bapak – anak yaitu Listiawan dan Galih Putra Triraga Setiawan. Pria 36 tahun dan bocah 9 tahun itu tenggelam setelah jatuh dari perahu tambangan atau perahu eretan. Padahal Sabtu malamnya mereka baru melepas rindu, makan bersama, lalu hilang di sungai. Peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 21.30. Listiawan baru mengajak tiga anaknya berbelanja di Alfa Mart Waru Gunung, Kecamatan Karangpilang. Selain Galih, Listiawan mengajak dua anaknya yang lain, yaitu Galita Putri Marni Setiawan, 13; dan Rizanova, 11. Setelah itu, Listiawan berniat mengajak ketiga buah hatinya tersebut menginap di tempat indekosnya di Krembangan Delik, Kecamatan Taman, Sidoarjo. Dari Waru Gunung, mereka menggunakan perahu untuk menyeberangi sungai (tambangan). Puluhan petugas dari Tim SAR Surabaya dan SAR Brimob Polda Jatim terus menyisir aliran Kali Surabaya untuk mencari kedua jasad mereka hingga ke bawah jembatan tol Gunungsari. Tapi, hasilnya nihil. Ratusan warga juga menyaksikan pencarian itu. (Jawa Pos edisi 5 April 2010)
Kecelakaan tersebut bisa saja terjadi karena tidak adanya pagar pembatas perahu. Memang naik perahu eretan tanpa ada pagar pelindung memang berbahaya apalagi kondisi perahunya juga miring. Padahal fungsi pagar adalah untuk menghalangi penumpang agar tidak jatuh ke sungai.
Upaya meningkatkan keselamatan pelayaran harus dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan oleh semua pihak baik itu dilakukan oleh pemilik perahu, joki perahu, maupun penumpang perahu eretan. Sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik, bahkan pada Tahun 2009 hampir tidak terdengar adanya kecelakaan kapal penyeberangan. Memang seperti yang kita ketahui, tidak ada asuransi penumpang dalam usaha jasa penyeberangan perahu eretan ini. Karena usaha ini tergolong usaha mikro atau kecil.
Kesimpulan
Sistem jaringan transportasi sungai di Indonesia saat ini masih jauh dari cukup. Pengembangan sistem transportasi sungai masih sangat diperlukan, yang harus didasarkan pada analisis yang komprehensif dan pendekatan yang sistemik. Penerapan standar – standar perencanaan dan standar – standar pelaksanaan serta peraturan – peraturan transportasi harus tegas dan tidak pandang bulu.
Dalam fungsi efisiensi transportasi, perahu eretan ini dapat mengefisiensikan waktu, jarak dan tenaga. Sehingga banyak diminati oleh warga bantaran Kali Surabaya. Namun dalam segi keselamatan pengguna jasa perahu eretan ini juga diperhatikan yaitu dengan adanya pemberian pagar batas perahu eretan. Hal tersebut berfungsi agar mencegah penumpang tidak jatuh tercebur ke dalam sungai.
Sistem jasa transportasi penyeberangan seperti perahu eretan ini memerlukan dukungan partisipasi masyarakat dan pihak swasta sangat diperlukan guna mendukung pengembangan transportasi tersebut. Kerjasama antardaerah dan kerjasama dengan negara lain sangat diperlukan, karena transportasi tidak dapat dibatasi secara ruang dan harus direncanakan sebagai satu kesatuan sistem. Karena jika dikembangkan lebih lanjut dan terpadu, perahu eretan ini bisa menjadi obyek wisata kota, dan hal tersebut dapat diwujudkan dengan adanya perhatian dan bantuan dari pemerintah baik kota maupun daerah.
Guna mewujudkan perencaan transportasi yang merupakan satu kesatuan dalam lingkup nasional maupun regional, Pemerintah Pusat, dalam hal ini Departemen Perhubungan, telah membuat konsep perencanaan transportasi yang disebut dengan Tataran Transportasi (Departemen Perhubungan, 2005). Tataran Transportasi merupakan suatu perwujudan dari tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman, terdiri dari semua jaringan dan moda transportasi. Keberadaan tataran transportasi ini dilatarbelakangi oleh adanya otonomi daerah.
Soemarwoto, Otto, 2004.Ekologi, Lingkungan Gidup dan Pembangunan.Jakarta: Djambatan
Subiyakto, Bambang dan Djoko Suryo. 2001. Pelayaran Sungai di Kalimantan Tenggara: Tinjauan historis tentang Transportasi Air Abad XIX. (Skripsi Tidak diterbitkan). Universitas Gadjah Mada.
Departemen Perhubungan, 2005, Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), -,
Jakarta
Jawa Pos edisi Senin 5 April 2010
0 CommentS:
Posting Komentar
Terima kasih atas Komentarnya ya..